Date post: | 16-Oct-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | fidzoh-putri-khafidzoh |
View: | 30 times |
Download: | 0 times |
BAB I
BAJA PROFIL
1.1. PENDAHULUAN
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2%
hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur
pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom
besi. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan
(manganese), krom (chromium), vanadium, dan tungsten. Dengan memvariasikan
kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa
didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan
(hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya
menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility). Sedangkan baja profil itu sendiri adalah baja yang telah mengalami proses
pembentukan menjadi suatu bentuk profil-profil tertentu sesuai dengan kebutuhan.
1.2. BAHAN DASAR PENYUSUN
1.2.1. Bijih Besi (Iron Ore)
Besi di alam berada dalam
bentuk Oksidasi, Sulfide, Karbonat,
Silikat yang dinamakan bijih besi.
Bijih besi yang banyak diolah
adalah yang berbentuk oksida yang
mengandung unsur/senyawa lain
yang disebut sebagai pengotoran,
yaitu :
Hematid, Fe2O3 yang bercampur dengan sedikit
belerang , phosphor, dll.
Limanit, 2 Fe2O3 3 H2O, dengan sejumlah phosphor dan pengotoran lainnya.
Magnetit, Fe2O4, dengan sejumlah belerang , silikat, seng, dll.
Siderit, FeCO3, dengan pengotoran berupa silica, alumina,
magnesium, dll.
1.2.2. Kokas (Coke) Coke merupakan bahan bakar
untuk furnace yang terbuat dari coal
dengan proses tertentu.
Gambar 1.1. Bijih Besi
Gambar 1.2. Kokas
1.2.3. Batu Kapur (Limestone)
Digunakan untuk mencampur bijih besi dan kokas yang sudah menjadi
sinter (serbuk logam) untuk dipanaskan menjadi besi cair.
1.3. PROSES PEMBUATAN
1.3.1. Dapur Tinggi
Untuk memperoleh besi dari
bijih besi dilakukan proses reduksi dengan
menggunakan bahan reduktor yang kuat
(biasanya karbon) dan fluks dengan
pemanasan. Fluks berfungsi sebagai bahan
pengikat kotoran sehiingga kotoran mudah
mencair dan menjadi terak. Cara yang
selama ini banyak digunakan adalah dengan
reduksi bertingkat yang dilakukan dalam
dapur tinggi (Blast Furnace).
Dapur tinggi terbuat dari susunan batu tahan api yang diperkuat dengan
tiang-tiang baja, Dalam dapur tinggi akan terjadi proses reduksi bijih besi
menjadi besi kasar (besi mentah). Selain itu juga reaksi-reaksi kimia yang
menyertai proses reduksi tersebut. Dapur tinggi berukuran tinggi 30 m garis
tengan maksimum 7 m, garis tengah puncak 4,5 m, garis tengah bawah 4m.
Dapur tinggi didirikan diatas fondasi yang diperkuat oleh tiang-tiang baja.
Bagian dalam dapur tinggi dilapisi batu tahan api yang mempunyai sifat
tahan terhdap suhu tinggi dan merupakan penyekat panas. Pada bagian atas
dapur terdapat corot pengisi yang bekerja bergantian sehingga kehilangan
gas dapur tinggi dapat dicegah. Serta dilengkapi dengan alat pemanas udara
dan alat pemisah debu.
Bahan-bahan yang dimasukkan pada dapur tinggi : bijih besi, kokas,
dan batu kapur. Bahan ini disimpan dedekat dapur tinggi supaya
pengisiannya mudah. Bahan-bahan diangkut ke puncak dapur tinggi dengan
alat pengangkut selapis demi selapis secara terus-
menerus. Bahan-bahan pengisi dapur tinggi ini akan mengalami proses fisika
dan kimia sebagai berikut :
1. Mula-mula dilakukan pemanasan pendahuluan, didalam dapur tinggi gas-gas hasil pembakaran yang suhunya masih panas akan naik ke atas
sambil memanaskan bahan-bahan yang disikan., sehingga air dan zat-zat
yang mudah menguap dalam zat-zat pengisi akan segera menguap
hingga bahan-bahan mencadi cukup kering.
2. Langkah berikutnya adalah proses reduksi, dalam dapur tinggi yang bertemperatur antara 800C sd 1400C , akan terjadi serangkaian reaksi-
reaksi kimia antara lain reaksi reduksi bijih besi, reaksi pembakaran
Gambar 1.3. Blast Furnace
kokas, dan peruraian batu kapor. Karena pengaruh udara panas kokas
akan terbakar menurut reaksi
C+CO---------------CO2
Gas CO yang terjadi akan mereduksi bijih besi menurut reaksi sebagai
berikut :
CO2+ C ----------------2CO
Gas CO yang terjadi akan mereduksi bijih besi menurut reaksi berikut :
Fe3O4 +CO ----------- 3FeO+CO2
Fe2O3 + CO ---------- 2 FeO + CO2
Kedua reaksi tersebut dinamakan reaksi tidak langsung. Pada daerah
reduksi juga terjadi peruraian batu kapur dan mungkin juga peruraian
MgCO3 ataupun FeCO3 yang mungkin terdapat dalam batu kapur
tersebut menurut reaksi berikut :
CaCO3 ----------------- CaO + CO2
MgCO3 --------------- MgO +CO2
FeCO3 ------------------ FeO + CO2
Gas CO2 hasil dari peruraian ini akan bersinggungan dan bereaksi
dengan lapisan kokas menurut reaksi berikut :
CO2 + C ----------------- 2CO
3. Langkah berikutnya adalah proses peleburan, Pada temperature 1400C sd 1600C akan terjadi peleburan hasil reduksi tak langsung dan juga
terjadi pembentukan terak. Disamping itu juga akan terjadi reduksi
langsung FeO oleh kokas. Reaksi kimia yang terjadi pada daerah ini
adalah sebagai berikut.
Reaksi langsung FO + C -------------------------------Fe + CO
Gambar 1.4. Proses Produksi Baja 1
Pembentukan terak CaO + SiO2 ---------------------- Ca SiO3
Kalau bijih besi mengandung mangan MnO + SiO2 -----------------MnSiO3
1.3.2. Penggilingan Dengan Pemanasan (Hot-Rolling)
Hot-Rolling adalah proses pembentukan utama di mana bongkahan
baja yang merah menyala secara besar-besaran digelindingkan di antara
beberapa kelompok penggiling. Penampang melintang dari bongkahan yang
biasanya dicetak dari baja yang baru dibuat dan biasanya berukuran sekitar
0,5 m x 0,5 m persegi, yang akibat proses penggilingan ukuran penampang
melintang dikurangi menjadi lebih kecil dan menjadi bentuk yang tepat dan
khusus.
Batasan bentuk penampang melintang yang dihasilkan sangat besar
dan masing-masing bentuk memerlukan penggilingan akhir tersendiri.
Bentuk penampang melintang I dan H biasanya digunakan untuk
elemenelemen besar yang membentuk balok dan kolom pada rangka struktur.
Bentuk kanal dan siku cocok untuk elemen-elemen kecil seperti
lapisan tumpuan sekunder dan sub-elemen pada rangka segitiga. Bentuk
penampang persegi, bulat, dan persegi empat yang berlubang dihasilkan
dalam batasan ukuran yang luas dan digunakan seperti halnya pelat datar dan
batang solid dengan berbagai ketebalan. Perincian ukuran dan geometri yang
dimiliki seluruh penampang standar didaftarkan dalam tabel penampang yang
dibuat oleh pabrik baja.
Gambar 1.5. Proses Produksi Baja 2
1.3.3. Pembentukan Dengan Pendinginan (Cold-Forming) Cold-Forming adalah metoda lain yang digunakan untuk membuat
komponen-komponen baja dalam jumlah yang besar. Dalam proses ini,
lembaran baja tipis datar yang telah dihasilkan dari proses peng-gilingan
dengan pemanasan dilipat atau dibengkokkan dalam keadaan dingin untuk
membentuk penampang melintang struktur (Gambar 2.6). Elemen-elemen
yang dihasilkan dari proses ini mempunyai karakteristik yang serupa dengan
penampang yang dihasilkan dari proses penggilingan dengan pemanasan. Sisi
paralel elemen-elemen tersebut memiliki penampang yang tetap, tetapi
ketebalan logam tersebut berkurang sehingga elemen-elemen tersebut lebih
ringan, dan tentunya memiliki kapasitas muat beban yang lebih rendah.
Bagaimanapun, proses-proses tersebut memungkinkan pembuatan bentuk
penampang yang sulit. Satu hal lain yang membedakan proses-proses
tersebut adalah bahwa peralatan yang digunakan untuk proses pencetakan
dengan pendinginan lebih sederhana dan dapat digunakan untuk
menghasilkan penampang melintang yang bentuknya disesuaikan untuk
penggunaan yang khusus.
Karena penampang yang dibentuk dengan pendinginan memiliki
kapasitas muat yang rendah, maka penampang ini terutama digunakan untuk
elemen sekunder pada struktur atap, seperti purlin, dan untuk sistem lapisan
tumpuan. Potensi elemen-elemen tersebut untuk perkembangan di masa yang
akan datang sangat besar. Komponen struktur baja dapat juga dihasilkan
dengan pencetakan, yang dalam kasus yang sangat kompleks memungkinkan
pembuatan bentuk penampang yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi,
teknik ini bermasalah ketika digunakan untuk komponen struktur, yang
disebabkan oleh kesulitan untuk menjamin mutu cetakan yang baik dan sama
di keseluruhan bagian.
Fungsi struktur merupakan faktor utama dalam penentuan konfigurasi
struktur. Berdasarkan konfigurasi struktur dan beban rencana, setiap elemen
atau komponen dipilih untuk menyangga dan menyalurkan beban pada
keseluruhan struktur dengan baik. Batang baja dipilih sesuai standar yang
ditentukan oleh American Institute of Steel Construction (AISC) juga
diberikan oleh American Society of Testing and Materials (ASTM).
Pengelasan memungkinkan penggabungan plat dan/atau profil lain untuk
mendapatkan suatu profil yang dibutuhkan oleh perencana atau arsitek.
Gambar 1.6. Baja Profil
Canai Panas
Gambar 1.7 Baja Profil
cold-forming
Penampang yang dibuat dengan penggilingan panas, seperti diperlihatkan pada
Gambar 2.7. Penampang yang paling banyak dipakai ialah profil kamip lebar (wide-
flange) [Gambar 2.7(a)] yang dibentuk dengan penggilingan panas dalam pabrik
baja. Ukuran profil kamip lebar ditunjukkan oleh tinggi nominal dan berat per kaki
(ft), seperti W18 X 97 mempunyai tinggi 18 in (menurut AISC Manual tinggi
sesungguhnya = 18,59 in) dan berat 97 pon per kaki. (Dalam satuan SI, penampang
W18 X 97 disebut sebagai W460 x 142 yang tingginya 460 mm dan massanya 142
kg/m).
Balok Standar Amerika [Gambar 2.7(b)] yang biasanya disebut balok I
memiliki kamip (flange) yang pendek dan meruncing, serta badan yang tebal
dibanding dengan profil kamip lebar. Balok I jarang dipakai dewasa ini karena bahan
yang berlebihan pada badannya dan kekakuan lateralnya relatif kecil (akibat kamip
yang pendek). Kanal [Gambar 2.7(c)] dan siku [Gambar 2.7(d)] sering dipakai baik
secara tersendiri atau digabungkan dengan penampang lain. Kanal misalnya
ditunjukkan dengan C12 X 20,7, yang berarti tingginya 1.2 in dan beratnya 20,7 pon
per kaki. Siku diidentifikasi oleh panjang kaki (yang panjang ditulis lebih dahulu)
dan tebalnya, seperti, L6 X 4 X 3 Profil T struktural [Gambar 2.7(e)] dibuat dengan
membelah dua profil kamip lebar atau balok I dan biasanya digunakan sebagai
batang pada rangka batang (truss). Profil T misaInya diidentifikasi sebagai WT5 X
44, dengan 5 adalah tinggi nominal dan 44 adalah berat per kaki; profil T ini didapat
dari W10 X 88, Penampang pipa [Gambar 2.7(f)] dibedakan atas standar, sangat kuat, dan dua kali sangat kuat sesuai dengan tebalnya dan juga dibedakan atas diameternya; misalnya, diameter 10 in-dua kali sangat kuat menunjukkan. ukuran
pipa tertentu. Boks struktural [Gambar 2.7(g)] dipakai bila dibutuhkan penampilan
arsitektur yang menarik dengan baja ekspos. Boks ditunjukkan dengan dimensi luar
dan tebalnya, seperti boks struktural 8 X 6 X 1/4.
Gambar 1.8 Standar tipe penampang profil baja canai panas
1.4. SPESIFIKASI 1.4.1. Jenis-jenis Profil
1.4.1.1. Balok Profil Dengan Flens Sempit
Tinggi profil : 80 s.d 600 mm
Lebar flens : 0,5 h s.d 0,36 h
Lereng flens : 14 %
Panjang balok : s.d 16 m
1.4.1.2. Balok Profil Dengan Flens Lebar
Tinggi profil : 100 s.d 1000 mm
Lebar flens : 100 s.d 1000 mm
Panjang balok : s.d 16 m
1.4.1.3. Baja Profil Kanal
Tinggi profil (h) : 80 s.d 400 mm
Lebar flens (b) : 0,56 h s.d 0,27 h
Kemiringan flens : 8 % h < 300 mm
5% h > 320 mm
Panjang : s.d 16 m
1.4.1.4. Baja Profil Siku Sama Kaki Dan Tidak Sama Kaki
Tinggi profil (b) : 40 s.d 200 mm
Lebar flens (b) : 40 s.d 200 mm
Tebal profil (d) : b/ 10 mm
Panjang :
s.d 12 m
Tinggi profil (h) : 60 s.d 200 mm
Lebar flens (b) : 30 s.d 100 mm
Tebal profil (d) : h/ 10 : b/10 mm
Panjang : s.d 12 m
1.4.1.5. Baja Profil Berbentuk T
Baja T dengan rusuk tinggi
Tinggi profil (h) : 15 s.d 180 mm
Lebar flens (b) : 15 s.d 180 mm
Tebal profil (d) : 3 s.d 18 mm
Kemiringan : 2 %
Panjang : s.d 12 m
Baja T dengan kaki lebar Tinggi profil (h) : 30 s.d 100 mm
Lebar flens (b) : 60 s.d 200 mm (b=
2h)
Tebal profil (d) : 5,5 s.d 16 mm
Kemiringan : 2 % dan 4%
Panjang : s.d 12 m
1.4.1.6. Baja Tabung
Diameter : 38 s.d 457 mm
Panjang : s.d 7 m
1.4.2. Dimensi dan Toleransi
1.4.2.1. Panjang
Tabel 1.1 Ukuran Panjang dan Toleransi
No Ukuran Panjang Toleransi
1 s/d 6 m 0, + 40 mm
2 di atas 6 m Setiap pertambahan panjang 1 m
maka dari toleransi nilai positip
tersebut di atas ditambah 5 mm
1.4.2.2. Berat
Tabel 1.2 Toleransi Berat Perkelompok
No Tebal kamip t2
(mm)
Toleransi berat
(%)
1 s/d 10 5
2 di atas 10 4
Catatan
1. Kelompok harus terdiri dari ukuran yang sama
2.
Jumlah batang dari tiap kelompok minimum 10 atau berat
tiap kelompok minimum 1 ton
1.4.3. Komposisi Kimia
Tabel 1.3 Komposisi Kimia
Kelas Komposisi kimia (%)
C Mn P S
Bj.P 34
(SS 34)
Bj.P 41
(SS 41) - - maks. 0,050 maks. 0,050
Bj.P 50
(SS 50)
Bj.P 55
(SS 55) maks. 0,30 maks. 1,60 maks. 0,040 maks. 0,040
1.4.4. Syarat Penandaan
Tabel 1.4 Warna Penandaan
Kelas baja Kode warna
Bj.P 34 (SS. 34) hijau
Bj.P 41 (SS. 41) kuning
Bj.P 50 (SS. 50) biru
Bj.P 55 (SS. 55) abu-abu
1.4.5. Sifat Mekanis
Tabel 1.5 Warna Penandaan
Gambar 1.9 Baut Anker
1.5. PEMAKAIAN MATERIAL
1.5.1. Penerapan Secara Garis Besar
1.5.1.1. Balok Profil Dengan Flens Sempit dan Flens Lebar Profil IWF terutama digunakan sebagai elemen struktur balok dan
kolom, top & bottom chord member pada truss, kantilever kanopi.
Semakin tinggi profil ini, maka semakin ekonomis untuk banyak
aplikasi. Banyak digunakan untuk gording, kolom, balok-balok
lantai dan lain-lain. Balok profil dengan flens lebar ini banyak
digunakan untuk kolom- kolom, rangka jembatan dan balok
jembatan. Istilah lain: IWF, WF, H-Beam, UB, UC, balok H, balok
I, balok W.
1.5.1.2. Baja Profil Kanal Profil C atau kanal mempunyai karakteristik flens pendek, yang
mempunyai kemiringan permukaan dalam sekitar 1 : 6. Aplikasinya
biasanya digunakan sebagai penampang tersusun, bracing tie,
ataupun elemen dari bukan rangka (frame opening), purlin (balok
dudukan penutup atap), girts (elemen yang memegang penutup
dinding misalnya metal sheet, dll), member pada truss, rangka
komponen arsitektural. Profil ini banyak digunakan untuk gording-
gording rangka kuda-kuda maupun kolom-kolom, dll.
1.5.1.3. Baja Profil Siku Sama Kaki Dan Tidak Sama Kaki Profil siku atau profil L adalah profil yang sangat cocok untuk
digunakan sebagai bracing dan batang tarik. Profil ini biasa
digunakan secara gabungan, yang lebih dikenal sebagai profil siku
ganda. Profil ini sangat baik untuk digunakan pada struktur truss.
Profil ini banyak digunakan untuk rangka kuda-kuda, batang-batang
tersusun, dll
1.5.1.4. Baja Profil Berbentuk T Profil ini banyak digunakan untuk konstruksi kuda-kuda, balok
lantai, balok kantilever (kanopi).
1.5.1.5. Baja Tabung Profil jenis ini banyak digunakan pada konstruksi-konstruksi
modern
1.5.2. Penerapan Pada Komponen Struktur
1.5.2.1. Baut Jangkar (Anchor Bolts)
Baut jangkar dipasang
pada pondasi beton dengan
cara dicor/ditanam ke dalam
pondasi (Gambar 2.8).
Baut-baut ini direncanakan
Gambar 1.10 Sambungan Pelat
Dasar Kolom
Gambar 1.11 Pelat Bantalan kolom
untuk memegang pelat bantalan yang tersambung kolom baja, yang mana merupakan komponen pertama dari kerangka baja
struktur yang dipasang. Baut-baut jangkar ini harus dipasang dengan
sangat hati-hati, agar supaya pema-sangan pelat bantalan kolom
tersebut dapat tepat dipasang pada pondasi bangunan.
Pelat bantalan kolom baja (Gambar 2.10) adalah pelat yang terbuat
dari bahan baja dengan ketebalan yang bervariasi, dimana lubang-
lubang baut yang terdapat
padanya dibuat dengan cara
pengeboran dengan mesin bor
ataupun pembuatan lubang
dengan menggunakan las
oxyacetilene.
Lubang baut dibuat sedikit lebih
besar dari diameter batang baut,
sehingga akan memungkinkan
penyesuaian posisi pelat
bantalan. Pelat baja siku yang
berfungsi untuk mengikat kolom
baja dipasang pada pelat
bantalan dengan cara dibaut
ataupun dilas sesuai dengan
ukuran kolom yang akan
dipasang.
1.5.2.2. Pelat Bantalan (Bearing Plates)
Setelah pelat bantalan terpasang se suai dengan posisi yang
dikehendaki, selanjutnya untuk mempermudah pengaturan posisi
ketinggian dan kerataan
pelat bantalan, maka
perlu dipasang ganjal
(shim pack) yang
berbentuk persegi, yang
terletak diantara pondasi
dan pelat bantalan, pada
keempat sudut pelat
bantalan (Gambar 2.11).
Ganjal tersebut terbuat dari pelat baja dengan ketebalan inci
sampai dengan 1 1/6 inci (lebih kurang 20 mm sampai dengan 30
mm) dengan ukuran penampang bujursangkar 3 inci (7,5 cm)
sampai dengan 4 inci (10 cm) dari ketebalan 1 1/6 sampai inci,
yang berguna untuk membawa semua bantalan pelat ke level yang
benar.
Pelat bantalan pertama dilevel secara individu dengan mengatur ke-
tebalan pelat pengganjal (shim pack). Pekerjaan ini mungkin
Gambar 1.12 Leveling Pelat Bantalan
Gambar 1.13 Balok Girder Diatas
Kolom-Kolom Gambar 1.14 Bentuk Penampang
Kolom Gabungan
diselesaikan dengan menggunakan waterpass 60 cm di sekitar atas
dari pelat bantalan dan diukur diagonal dari pelat ban-talan.
Setelah menyelesaikan pekerjaan mengukur kedataran, semua
pelat bantalan harus disetel naik atau turun ke ketinggian yang
dibutuhkan oleh struktur yang akan dipasang. Semua pelat bantalan
harus dibuat segaris dari segala arah dengan satu dan lainnya.
Mungkin ini akan diselesaikan dengan alat ukur tanah yang disebut
leveling.
Setelah pelat bantalan disetel semu-anya, ruang antara pelat bantalan
dan permukaan beton
dari pondasi harus diisi
dengan bahan yang
keras, tidak susut, bahan
yang kompak yang
disebut GROUT. Ketika
grout menjadi keras
proses berikutnya adalah
mema sang kolom-
kolom.
1.5.2.3. Kolom
Komponen wide flange, mempunyai penampang yang bujur
sangkar bila memungkinkan, adalah bahan yang sering dipakai
untuk kolom. Diameter yang besar dari pipa juga seringkali
digunakan, walaupun cukup sulit untuk menyambung kolom dari
pipa. Kolom-kolom dapat difabrikasi dengan las atau baut. Jika
struktur bangunan lebih dari satu lantai, ini membutuhkan
menyambung satu kolom dengan kolom lainnya. Jika ini
dibutuhkan, panjang kolom harus sedemikian sehingga sambungan
adalah 1 sampai 2 kaki (45 sd 60 cm) diatas kedua dan lantai
berikutnya. Ini akan menjamin sambungan dalam kondisi baik diatas
sambungan balok anak atau balok induk.
1.5.2.4. Girder (balok induk)
Girder adalah komponen horizontal utama dari kerangka baja
struktur. Mereka membentang dari kolom ke kolom dan
disambungkan ke bagian Mereka membentang dari kolom ke kolom
dan disambungkan ke bagian atas kolom dengan sambungan pelat.
Satu metoda alternatif sambungan adalah dengan menggunakan
sam-bungan dudukan. Balok induk (girder) disambungkan ke bagian
flens dari kolom dengan menggunakan siku-siku. Fungsi dari girder
adalah untuk mendukung balok-balok lantai.
1.5.2.5. Beams (Balok Anak)
Beam pada umumnya lebih kecil dari girder dan biasanya
disambungkan ke girder sebagai komponen menengah atau ke
kolom. Sambungan balok anak/ beam ke kolom adalah sama dengan
sambungan balok girder ke kolom. Beam biasanya berfungsi untuk
membawa beban lantai ke bbalok girder yang dianggap sebagai
beban vertikal. Sejak penampang balok beam tidak sebesar balok
girder, ada beberapa metoda alternatif untuk penyambungan balok
beam ke balok girder. Paling sederhana menyambung beam diantara
flens atas dan bawah dari girder. Jika membutuhkan bagian atas atau
bawah flens girder dan beam sama rata, maka bagian atas atau
bawah flens perlu dipotong.
1.5.2.6. Bar Joist
Bar joist dibuat ringan, sistim bentang an panjang digunakan
untuk mendu kung lantai dan
atap. Bar joist pada umumnya
dipasang dengan arah yang
sama dengan balok dan
mungkin bisa menggantikan
kebutuhan akan balok. Bar
joist yang sudah setengah jadi
direncanakan untuk
menyesuaikan diri dengan
kebutuhan beban yang
khusus dan bisa didapat dari
perusahaan komersial.
1.5.2.7. Trusses (Kuda-Kuda)
Kuda-kuda baja pada prinsipnya sama dengan bar joist yakni
mereka melayani tujuan sama dan kelihatan ada kesamaan sedikit.
Kuda-kuda bagaimanapun juga jauh lebih berat dan difabrikasi
hampir seluruhnya dari bahan baja struktur, biasanya siku-siku dan
T. Tidak seperti bar joist , kuda-kuda dapat dibuat untuk menye-
suaikan diri dengan bentuk hampir semua sistim atap dan lebih lebih
berguna dibandingkan dengan bar joist. Permukaan dudukan dari kuda-kuda adalah kolom. Kuda-kuda mempunyai bentangan untuk
seluruh bangunan, dari luar kolom sampai luar kolom. Setelah kuda-
kuda selesai dipasang, harus dipasang penguat antar kuda-kuda
dengan penguat diagonal.
Gambar 1.15 Dudukan Bar Joist
1.5.2.8. Purlins, Girts dan Eave struts (Gording, Balok dinding dan Ring balok) Balok gording biasanya ringan dan berbentuk baja chanel dan digunakan untuk
peletakan atap bangunan. Balok gording menerima atap baja atau
jenis yang lain dan dipasang dengan kaki chanel menghadap ke
bawah atau menurun dengan kemiringan atap. Gording yang
dipasang pada bubungan dari kuda-kuda atap dan disebut ridge
struts. Balok gording diletakkan saling membelakangi dan diikat
dengan baut. Pada sisi dinding struktur sering dike rangka dengan
balok dinding (girts). Komponen struktur ini dipasang pada kolom-
kolom dengan posisi horisontal. Balok dinding juga terbuat dari baja
chanel, dan pada umumnya mempunyai ukuran dan bentuk yang
sama dengan balok gording. Bahan dinding direkatkan langsung ke
balok dinding. Komponen lain yang sama dengan balok gording dan balok dinding disebut balok dinding (cave strut). Komponen ini
dipasang pada kolom dan ujung kaki kuda-kuda.
Gambar 1.17 Gording
Gambar 1.18 Balok Dinding Gambar 1.19 Eave Struts
Gambar 1.20 Ridge Struts